ONE HOME // WHAT'S ONE |
Pada tgl.14 Nopember 2001, di Graha Getsemani terlahirlah suatu wadah yang belajar menjadi acara temu muka, temu hati, temu jiwa dan dan temu kasih, bahkan temu doa antar pemercaya dalam artian sesungguhnya. Bukan meremehkan, apalagi meniadakan persekutuan yang pernah ada, kami sadar sekali hal ini telah ddidoakan sejak lama. Tapi acara ini justru melanjutkan semua rintisan yang telah diawali dari banyak kerinduan dari banyak anak Tuhan untuk bersekutu dan berbagi berkat dan beban doa. Salah satunya adalah yang dikerjakan oleh YPK Bethesda, yang menaungi Kasih Bagi Kota, dan secara spiritual juga ONE. Wadah ini disebut ONE, yang tentu artinya SATU. ONE samasekali tak berniat membentuk suatu organisasi formal. ONE hanya rindu melihat pemercaya mau bersatu untuk memuliakan Allah. Bukan hanya membentuk Persatuan, berkumpulnya secara fisik elemen elemen pembentuk, tapi lebih jauh lagi membentuk Kesatuan, meleburnya elemen elemen pembentuk. (Yoh.17:11,21,22,23) 1 Kor.10: 17 Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. (By sharing in the same loaf of bread, we become ONE body, even though there are many of us. cev.) Persatuan dan Kesatuan
telah dikhotbahkan, diseminarkan, didiskusikan, dibukukan, diperdebatkan.
Sudah waktunya Persatuan dan Kesatuan diWUJUDKAN. Kendati hal ini menuntut
kesediaan mengorbankan agenda pribadi kita dan kelompok kita masing masing.
Dalam segala kesibukan
kerinduan melanjutkan persekutuan antar gereja ini terasa di banyak pihak.
Tapi semua saling menunggu! Pelayanan KBK Agustusan untuk
pemulung di Stadion tgl.28 Agustus telah menunjukkan bahwa sebenarnya
banyak pemercaya yang rindu melayani bersama membagi berkat. Tapi banyak,
bahkan sebagian besar di antara kita baru dalam tahap mendukung. Belum
sampai memotori. 1. Pelayanan KBK rutin: Seperti telah dipromosikan sejak KBK di Stadion, pelayanan KBK diputuskan untuk dipermanenkan. Tenaga fultimer setiap hari melayani kebutuhan penyalur ataupun penerima berkat. Sumbangan yang ada segera disalurkan kepada yang membutuhkan. Laporan lengkap tanpa diminta dikirimkan kepada semua mantan pendukung KBK. 2. Buka Puasa Bersama Anak Jalanan & Fakir Miskin: tgl.9 Desember 2001: Dengan indah Tuhan menganugerahkan pelayanan ini di tengah kesibukan akhir tahun dan Natal. Akan dilayani sebayak 200 anjal dan undangan rekan rekan muslim di Graha Getsemani. Kita rindu memiliki persaudaraan sejati di tengah perbedaan iman yang ada. 3. Natal Bagi Kota: Tgl.15 Desember 2001: Sekali lagi kita bersyukur bahwa harapan di Stadion dulu akan terus terjadinya pelayanan kasih tidak berhenti pada slogan dan tepuk tangan kosong. Dalam waktu hanya 2 minggu sejak ONE dicanangkan, beritanya telah meluas dengan amat cepat. Sampai dengan tgl.15 Desember 2001, posko telah menerima permohonan dari 55 gereja yang terdapat dari daerah Tulung Agung sampai dengan Lumajang. Total jumlah diakonia, termasuk anak anak adalah 3364 orang, 165% dari target semula! Pemohon dari desa adalah 90%, yang menunjukkan bahwa gereja gereja di kota sendiri masih amat tidak memanfaatkan peluang yang sudah ditawarkan berkali-kali lewat surat. Nampaknya hal ini juga penggenapan dari perumpamaan raja yang mengalihkan undangan pesta menantunya dari rekan-rekannya sendiri, kepada siapa saja di lorong-lorong, perempatan jalan dan sebagainya, karena rumahku harus penuh Kami bersyukur bahwa informasi ini terbantu meluas karena pelayanan YADIM, yang telah lama menjadi berkat bagi hamba Tuhan garis depan di pedesaan. 4. Temu Doa ONE Bulanan: Sejak Tgl.14 Nopember
2001, temu doa ONE akan menjadi kalender bulanan di tengah persekutuan
anak anak Tuhan di kota Malang. Temu Doa ini diharapkan sungguh sungguh
menjadi pemuas rindu anak anak Tuhan bersekutu tanpa terpengaruh denominasi
tertentu. Dari evaluasi terakhir nampaknya pola ONE yang terus akan menemukan
dirinya mendapat tempat di hati pesertanya. ONE akan diadakan
setiap Rabu ke 3, sedang tempatnya akan berpindah-pindah sesuai gereja
yang siap menjadi tuan rumahnya. Bahkan sarana pendukung, seperti pemain
musiknyapun diharapkan akan diisi oleh gereja tersebut. Ini dilakukan
agar tak ada kesan gerakan ini hanya didukung oleh sekelompok gereja tertentu
saja. ONE akan bersyukur bila gereja gereja mau membuka diri menerimanya. Tak dapat disangkal
bahwa pelaksana mengalami suka duka dan pergumulan yang tidak sedikit! 1. Tebalnya /pekatnya
prasangka yang ada dalam pergaulan sesama pemercaya/ gereja. Penyelenggara
dengan segera menyadari betapa upaya ini segera dihadapi dengan reaksi
yang amat beragam. Karena keakraban sesama pemercaya dan gereja masih
amat memprihatinkan, maka semua undangan untuk membuat mereka mau duduk
dalam satu ruangan mengalami kendala psikologis. Diamati bahwa pemercaya
ternyata tidak comfortable/ nyaman berada di tengah sesamanya yang datang
dari gereja lain! Sebagian gereja, lembaga, pribadi yang rindu melayani
dalam kesatuan dan ketulusan segera menyambut dan berdoa bersama dalam
acara itu. Namun gereja, lembaga dan pribadi yang selama ini masih tertutup
segera menganggap ini suatu upaya membentuk suatu Persekutuan Doa baru,
yang belakangan menjamur dan bahkan menyaingi gereja standard
dalam gebyar dan operasinya. 2. Paradigma Manfaat
yang masih kuat pada beberapa kelompok: 3. Prasangka Pribadi dan Kelompok: Tak dapat disangkal, pergerakan ONE ini dapat disikapi pemimpin lembaga dengan mempertimbangkan pengenalan mereka pada personil personil ONE yang tidak didukungnya. Padahal sebenarnya ONE didesain dengan mereka semua sebagai pemiliknya! Betapa masih jauhnya kesenjangan antara materi khotbah mingguan dan realita lapangan! Beberapa pemimpin lembaga bahkan tidak berminat, karena curiga akan motif sebenarnya dari upaya ini. Opini negatif yang beredar tak mungkin dihindari. Memang wajar kalau tak kenal maka tak sayang! Tapi, bagaimana mau
kenal, kalau tidak berkenan muncul sekalipun? Semua tujuan dan
harapan ONE yang ingin mempertemukan, syukur syukur kalau dapat mempersatukan
gereja, lembaga dan pribadi SAMASEKALI tidak berniat untuk menyeragamkan!
Kita hanya perlu diikat
dan dipersatukan oleh hal yang essensial, dan tak perlu memasalahkan hal
hal NON ESSENSIAL. Hal esensial untuk semua pemercaya hanya satu: kita
semua adalah pendosa yang satu karena penebusan Kristus di kayu salib
untuk dosa kita yang sama. Titik. Hal hal non esensial
adalah misalnya soal dogma, pola pujian, baptisan, liturgi dan sebagainya
yang harus dikesampingkan. Karena itu ONE mungkin dapat terasa seperti
ancaman terhadap semua kelompok yang mau mempertahankan kesendirian
mereka, tanpa siap berubah. Justru itulah hakekat ONE: rindu perubahan dan keluar dari kemandekan dan stagnasi. Dunia sedang terus bergerak dan berkembang, gereja dan lembaga pemercaya yang tak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada akan ketinggalan kereta Masalahnya, bagaimana
mengadakan atau menikmati perubahan, kalau kita hanya merasa aman
dan nyaman dalam kepasivan dan rutinitas tradisi sendiri?
|