Manna Getsemani 2000

Sebuah Album Perjalanan Kafilah GitGet Mengarungi Gurun

Sepanjang th.2000, terutama sejak GitGet mandiri, ada begitu banyak peristiwa berharga yang layak dicatat dengan tinta emas, karena ada begitu banyak ‘manna surgawi’ yang boleh dinikmati, dan menumbuhkan kerohanian semua anggota. Peristiwa terlepasnya GitGet sendiri sudah menjadi suatu pendidikan kedewasaan yang luar biasa. Untuk mengenang dan mensyukurinya disusunlah daftar Manna Getsemani yang sempat teringat dan tercatat. Bagai suatu album, secara sistimatis namun mungkin tak persis kronologis, kami mencoba merangkumnya agar tidak terlupakan begitu saja.

Bagaimanapun dan darimanapun peristiwa atau firman itu berasal, kami bersyukur bahwa semua itu mengajar banyak hal untuk kami. Kami berharap pendidikan itu tetap memberi manfaat untuk kita semua. Mungkin keterbukaan penjelasan ini dapat ‘mengusik ketimuran’ kita. Namun dalam dunia rohani, kebenaran dan kenyataan adalah sesuatu yang tak perlu disembunyikan. Untuk membuat sistimatis kami bagi dalam 12 topik bulanan, dengan subtopik:

Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa, Pelajaran Pembawa Firman, dan Firman Tuhan bulan itu.

1. Pujian Syukur Pasca Kantata Natal ‘YKDL’: Januari

2. Pengembangan Tim Ibadah GitGet di GKI: Pebruari

3. Peneguran dan Berhentinya GitGet dari Tim Ibadah: Maret

4. Pementasan Kantata Paskah ‘YKD’, dan tiadanya pementasan di GKI: April

5. Pergumulan dan Peneguhan terlepasnya GitGet dari GKI: Mei

6. Penerimaan Perdana Pelayanan GitGet oleh Gereja lain: Juni

7. ‘Pengarungan Gurun’, Bahayanya dan Manna Surgawi awal: Juli

8. Penanganan Pelayanan Pelepasan Palsu: Agustus

9. Pemantapan Pelayanan Interdenominasi: September

10. Rekreasi Anggota dan Pelepasan karena Inisiatif Sendiri: : Oktober

11. Pernikahan GitGet Dalam Dua Denominasi: Nopember

12. Pelayanan Kantata dan Pelayanan Natal: Desember

1. Januari: Pujian Syukur Pasca Kantata Natal ‘Yesus Kan Datang Lagi’:

Kendati peristiwanya sendiri terjadi pada bulan Desember, gaung pementasan Kantata Natal Millenium 2000 itu terus didengar sampai bulan Maret. Setelah pementasan yang berjalan dengan berkat dan mujizat luar biasa, GitGet memasuki tahap pendewasaan awal dimana kita belajar banyak hal.

A. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    Kerjasama anak Tuhan dalam kesatuan Tubuh Kristus dapat menghasilkan synergi yang dahsyat yang membuat kita sadar, bahwa sebetulnya adanya perbedaan doktrin tidak perlu menghindarkan pekerja dari latar belakang berlainan untuk tidak dapat menghasilkan suatu kerjasama besar.

    1. Pekerjaan besar dalam pelayanan tak selalu didukung oleh gereja gereja ‘standar’ yang tradisional. Gereja  kita sendiri hanya mempublikasikan, tanpa mendukung GitGet secara khusus. Bahkan ada permintaan dan upaya keras MJ untuk membatalkan atau menunda pelayanan ini. Gereja tradisional lain (termasuk Pantekosta) tak tertarik pada hal-hal di luar program sendiri, dan bahkan mencurigai motivasi dari aktifitas oikumenis ini. Ada yang mengecap pelayanan ini ‘bukan dari Roh Kudus’ dan menarik penari-penarinya yang terlanjur ikut latihan dari tim Kantata.
    2. Tak ada siapapun yang perlu diutamakan dalam pelayanan bersama untuk kemuliaan Tuhan. Tak ada pengakuan dan penghargaan khusus untuk pembawa acara utama, yaitu paduan suara. Tidak adanya tokoh atau artis membuat Yesus sebagai selebriti utama yang dirayakan.
    3. Iman sejati tidak dimiliki oleh mereka yang seharusnya lebih lama ikut Tuhan. Iman sejati baru dirasakan kesungguhannya dalam keadaan yang sulit sekali untuk percaya. Tentangan dari mereka yang tak beriman telah ‘dimandulkan’ Tuhan dengan lancarnya, amannya perayaan dan jernihnya cuaca yang semula diduga akan ‘mempermalukan’ Tuhan. Yang menarik adalah, betapa berbedanya anak Tuhan senior dan junior menghadapi masalah ‘kekuatiran cuaca’ ini. Justru orang Kristen senior samasekali tak dapat dilihat sebagai teladan iman.

B. Pelajaran dari Pelayan Firman:

• Bu Yani, GBI Diaspora: Sehari menjelang pementasan, peserta berkoordinasi pagi hari di Stadion. Ia menekankan dalam pemberitahuannya bahwa Tuhan SUDAH menjawab doa Tim Doa yang dipimpinnya. Tuhan mengatakan PASTI akan memberi cuaca baik, asal semua peserta tetap rendah hati dan mengembalikan kemuliaan kepadaNya. Tidak boleh lagi meminta cuaca cerah, karena sudah dijanjikan. Bila masih minta, berarti belum yakin. Hal ini sulit dilakukan, apalagi bila melihat mendung mulai menggantung sore harinya. Namun semua janji itu menjadi kenyataan.

• P.Sem, GBI Diaspora: Saat hujan mulai turun pkl.17.00 ketika Gladi resik di Stadion, ia memberi waktu dua jam sebelum diputuskan untuk pemain benar benar pulang. Ternyata dalam 15 menit saja, Tuhan sudah ‘menahan’ hujan, sehingga pemain dapat berlatih kembali. Sekitar 1,5 jam semua sempat berlatih sebelum hujan lebat. Kalau kita undur dan ‘lemah’ waktu itu, pasti semua peserta akan pulang, dan tak menikmati penggenapan janji Tuhan dan kepercayaan diri karena sempat gladiresik.

• P.Adriaan, GISI: Saat hujan mulai turun pkl.17.00, dan semua pemain berteduh di tribun, ia tidak mengajak kita untuk meminta hujan berhenti, tapi mengajak 250 an orang memuji Tuhan. Tanpa sound system, tamburin para penari memeriahkan puji-pujian. Tuhan tak tega, dan hujanpun berhenti, padahal 1 km di Selatan stadion hujan lebat sekali.

C. Firman Tuhan:

Tak ada yang mustahil bagi Tuhan. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Jika engkau tinggal di dalam Aku dan firmanku di dalam kamu, mintalah apa saja yang engkau kehendaki dan engkau akan mendapatkannya.

2. Pebruari: Pengembangan Tim Ibadah GitGet di GKI

Dalam sukacita yang besar, GitGet makin bersemangat melayani Tuhan dalam puji-pujian. Banyak jemaat setempat juga makin menikmati persiapan ibadah yang dirasakan perlu untuk dipulihkan persiapan dan kesungguhannya. Pada minggu I Pebruari, terjadilah peristiwa bersejarah, saat jemaat larut dalam tepuk tangan puji-pujian. Saat itu pemimpin pujian mengajak jemaat berdiri untuk bersalaman sementara satu pujian meriah dimainkan. Dari baris depan sebelah kanan, tiba-tiba tanpa diminta beberapa jemat bertepuk tangan mengikuti irama, yang kemudian meluas ke seluruh jemaat. Nampaknya kerinduan itu lama terpendam tapi tak pernah kesampaian. Memang ada yang bingung dan mungkin juga terganggu dengan situasi spontan itu.

Pada minggu berikutnya,  kebaktian sore juga mengalami hal yang serupa, kendati yang memulai adalah dua anggota GitGet. Pada minggu berikutnya, selama bulan itu, jemaat telah terkondisikan untuk larut dalam pujian. Kita tak pernah menduga bahwa itulah awal berakhirnya pelayanan GitGet di tempat itu.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Ketakutan terjadinya ‘pelanggaran’ terhadap suatu doktrin tertentu telah membekukan jemaat dan mendahulukan pendapat yang ‘sesuai dengan kepentingan sendiri’. Dengan ratusan jemaat yang ada, justru yang diperhatikan hanyalah keluhan empat jemaat. Semua penentangan terhadap hal ‘baru’ tak dipertimbangkan baik buruknya samasekali. Padahal penentangan pada awal persiapan ibadah lima tahun sebelumnya jauh lebih agresif, tapi dibiarkan juga akhirnya.
    2. Kekuatiran terjadinya puji-pujian meriah adalah karena pada diri pengritik sendiri tidak ada roh puji-pujian, melainkan Roh Agamawi. Mereka memilih untuk menjadi jemaat atau pekerja yang hadir, mendengar firman dan pulang dalam suasana jiwa dan kebekuan hati yang sama. Semua emosi tidak boleh diekspresikan dan harus diredam, kendati firman Tuhan tidak mengatakan demikian. Semua ritual agama harus terjadi dengan pola yang sama, karena terselubungnya pengertian rohani akan kepentingan puji-pujian.
    3. Friksi perbedaan cara pujian adalah materi klasik yang terjadi dimana-mana. Konflik yang disebabkan perbedaan roh tak dapat diselesaikan secara sekuler, atau itikad komunikasi biasa. Tanpa ada pengungkapan hal yang terselubung, upaya komunikasi selalu dihambat prasangka dan asumsi yang tak berdasar. Apriori kepada pribadi tertentu berkembang dan berdampak luas kepada kelompok. Kesenjangan yang ada tak dapat diatasi oleh pimpinan gereja.

.

      .

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:
    2. • Ibu Esther, SATI: Sebagai salah satu pendoa, ia menyampaikan kesaksian dari orang dari desa terpencil yang melaporkan berkat Kantata. Sambil menyampaikan selamat atas keberhasilan Kantata, ia menekankan pentingnya menjaga kekudusan hidup dari setiap pemuji, agar urapan Roh berkenan hadir dalam pujian yang disampaikan kepada jemaat.

      • P. Budi Prasodjo, GBI Bethany: Pentingnya skema Tabernakel, yaitu memperhatikan posisi elemen elemen ibadah bangsa Yahudi dalam Kemah Tabernakel. Ternyata posisi para pemuji itu lebih dekat ke Ruang Maha Kudus, dibandingkan dengan meja roti, atau para Penabur Firman. Itu bukti kepentingan PUJIAN yang lebih tinggi dan abadi daripada FIRMAN, yang akan berakhir di Surga.

      • Pdt. Yohannes, GBI ERC: Pentingnya kesadaran bahwa semua anggota GitGet adalah IMAM, yang berperan menjembatani umat Tuhan dengan Tuhan. Pilihan dan panggilan sebagai Imam itu bukan suatu tanggung jawab ringan, tapi menuntut ketaatan, dan kekudusan hidup.

    3. Firman Tuhan:

Engkaulah Imamat yang rajani, Bait Allah yang kudus.

    1. Maret: Peneguran Dan Berhentinya Gitget Dari Tim Ibadah:

      Dengan berlangsungnya suasana ‘baru’ dalam persiapan ibadah, ada pihak pihak yang keberatan karena menganggap gereja kita sedang menuju gereja ‘Bethany’ - sebutan umum orang protestan/ GKI terhadap gereja karismatik. Dengan empat surat masuk dari jemaat yang terganggu, MJ mengambil keputusan untuk menghentikan kebiasaan saling bersalaman dan berdiri. Apalagi bertepuk tangan, sekalipun hanya lima menit saja, dan terjadi pada persiapan ibadah.

GitGet merasa tak mampu secara psikologis menghadapi mayoritas jemaat yang mulai terbiasa, dan senang dengan hal menyegarkan ini. Ibaratnya sebagai orang yang biasa bersalaman saat bertemu, kini tiba-tiba harus diam saja, tak merasa perlu bersalaman lagi. Dengan ketentuan baru dan keterbatasan ini, GitGet terpaksa menyerahkan pelaksanaan persiapan ibadah kepada Komisi Musik Gerejawi, sebagai koordinator pelayanan musik.

Pelayanan persiapan ibadah diambil alih oleh rekan rekan lain, dan GitGet hanya membantu umum saja, mis: operator OHP.

Ada banyak keluhan karena pola persiapan ibadah tiba-tiba berubah. Wajah dan suara lama tak muncul lagi. Namun ketentuan baru tetap dijalankan, kendati sudah ada beberapa upaya untuk menjelaskan dasar pelayanan ini kepada pihak yang berkompeten. Semua ini terus mempersiapkan GitGet untuk terlepas dari ikatan, bahkan ‘perhambaan’ tradisionalnya, dan siap ‘meninggalkan sarang’nya. Padahal sedikitpun tidak terbayang hal ini akan terjadi dalam beberapa bulan kemudian.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Tak semua pelayanan yang dapat kita kerjakan harus kita kerjakan. Ada saatnya kita menabur dan menyiram, tapi yang terpenting adalah Tuhan yang memberi pertumbuhan. Bila GKI harusnya tumbuh dan bergerak dengan cara yang diidamkannya, maka kita tak dapat berharap terlalu banyak untuk mengikuti cara yang menurut kita lebih baik.
    2. Pekerjaan seorang hamba hanyalah melakukan yang diperintahkan kepadanya. Yang memerintah GitGet bukan MJ, atau KMG, tapi Tuhan sendiri, karena itu ketaatan kepada Tuhan haruslah nyata. Kendati itu mungkin merupakan hal yang tak populer di mata sesama kita.
    3. Roh Daging adalah Roh Kompromi yang mencoba untuk mengakomodasi semua aspirasi, yang bertentangan dengan cara Rohani. Penegakan kebenaran bukan dengan cara mentoleransi ketidakbenaran.

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:
    2. • P.Paul: Peperangan tidak selalu harus dalam posisi ofensif. Daud menghadapi bangsa Filistin yang sama dua kali di tempat yang sama. Namun dengan cara yang sama sekali berbeda. Cara pertama adalah dengan menerobos hadangan pasukan Filistin, sehingga lokasi itu di sebut Baal-Perazim. (Tempat Penerobosan) Tapi pada cara kedua ia diberitahu Tuhan untuk menunggu di bawah pohon kertau, untuk mendengar suara langkah kaki Tuhan di atas pohon pohon itu, sebelum mereka bergerak. Pohon kertau disebut pula Weeping Trees, pohon yang mengeluarkan getah seperti orang menangis. Ini berarti perlu menunggu dalam kesabaran, kesenyapan, dan keprihatinan supaya suara Tuhan dapat terdengar jelas.

      Selama 4 tahun GitGet telah menghadapi musuh dengan ofensi frontal, tapi kini Tuhan meminta GitGet untuk berdoa dan menunggu suara Tuhan di bawah pohon pohon sambil menangisi subyek doa. Kemenangan adalah kepastian.

    3. Firman Tuhan:

Yang mencoba menyenangkan manusia tidak berkenan kepada Allah.

    1. April: Pementasan Kantata Paskah ‘YKD’, dan tiadanya pementasan di GKI:

Seluruh gonjang ganjing persiapan ibadah yang kurang berkenan ini terasa teredam dampaknya, karena tertutup gaung GitGet melayani pementasan Kantata Paskah ‘Yesus ‘kan Datang’ di Semarang. Semua konsentrasi tercurah ke sana, sementara persiapan ibadah oleh pelaksana baru tetap mencari bentuknya. Di Semarang GitGet bersyukur atas berkat Tuhan yang berlimpah limpah:

    1. Pengalaman pengurapan dan dampak fisik atas anggota GitGet di salah satu kebaktian Paskah, membuat GitGet mengerti fenomena fenomena yang sebelumnya hanya didengar saja. Kendati pengurapan itu tak menjamin kesetiaan dan konsistensi pelayanan anggota, itu membuktikan bahwa karunia Roh samasekali tak membuat seseorang layak di hadapan Tuhan.

2. Melalui pelayanannya, dua denominasi yang berseberangan, GPdI dan GKI dapat bekerjasama. Sekalipun kikuk pada awalnya, tapi sukacita keberhasilan keduanya dipadukan dalam puji-pujian Paskah membuat pelayanan ini tak terlupakan. Sepulang dari Semarang, GitGet masih harus memikul beban moral, karena dianggap tidak memprioritaskan gereja sendiri dalam rangka Paskah. Padahal, sejak Nopember tahun lalu kemungkinan ‘absen’nya GitGet karena diminta melayani di luar kota sudah diinformasikan kepada Komisi Musik Gerejawi. Bila diminta untuk berpentas di gereja sendiri, supaya segera ada kepastian.

Hal ini terpaksa dilakukan, karena pada tahun sebelumnya (1998), ada sikon yang kurang pas. Saat itu ada permintaan pementasan Paskah dari luar kota yang harus GitGet tolak, karena menantikan kepastian dari Panitia Paskah GKI sendiri, apakah GitGet masih akan dipakai atau tidak. Ternyata, kepastian ‘terpakai’nya GitGet didapatkan 10 hari sebelum pentas, dan itupun hanya untuk satu kali saja. Karena banyak pihak yang merindukan, atas inisiatif GitGet sendiri, GitGet dapat berpentas keduakalinya pada sore hari. Namun dari oknum MJ sempat terdengar kepada pihak luar, bahwa itu terjadi ‘di luar ijin MJ’.

Ternyata hal yang sama terulang lagi. Pada bulan Maret, saat semua persiapan untuk pelayanan GitGet ke luar sudah matang, barulah ada keluhan bahwa GitGet tak memprioritaskan gereja sendiri. GitGet menawarkan agar tetap dpat melayani jemaat SATU minggu setelah Hari Paskah. Dengan prihatin harus diterima kenyataan bahwa jawabannya negatif, karena Panitia hanya mau bekerja untuk Jumat Agung sampai Paskah saja. Padahal tak ada kerugian sedikitpun dari pihak gereja untuk menikmati suatu Paket Kantata yang cukup berat persiapannya, seminggu setelah Paskah. Tentu GitGet tidak memaksakan seperti Paskah lalu untuk berpentas sendiri.

Pada upaya terakhir untuk berkomunikasi, dirasakan sekali bahwa MJ tidak ingin mencari titik temu, tapi lebih menggariskan suatu ketentuan yang sudah menjadi hak prerogatifnya. Seperti dikatakan oleh salah satu pimpinannya, bahwa mereka adalah ‘penguasa tertinggi’ di gereja ini. Dengan sendirinya semua upaya untuk menjelaskan aspirasi jemaat sudah menghadapi jalan buntu. Exitnya GitGet cuma soal waktu.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Panggilan pelayanan sering tak dapat diduga, karena inisiatif pelayanan ini murni datang dari Semarang. Secara ajaib, informasi tentang pelayanan GitGet terangkat dari sikon yang mustahil sehingga menjadi suatu kenyataan. Semua ini menunjukkan bila Tiang Awan itu sudah bergerak, yaitu Roh Kudus berkehendak, ketaatan mengikutinya pasti akan memberkati.

2. Mengikuti panggilan dan gerakan Tiang Awan acapkali ‘tak populer’, dan terasa berlawanan dengan kaidah kaidah sosial umum. Namun melalui semua itu, GitGet belajar untuk siap ‘meninggalkan semuanya’ demi ketaatan kepada pimpinan Tuhan. Mungkin hal ini dianggap muluk muluk, tapi itulah realitanya.

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:
    2. • P.Adriaan, GISI: GitGet sedang disiapkan Tuhan untuk memberkati banyak anak Tuhan dalam persatuan Tubuh Kristus. Perlu sadar terus bahwa Iblis berupaya menarik anggota keluar dari pelayanan dengan berbagai cara. Kejenuhan, kekenduran semangat dan berbagai alasan lain harus diwaspadai, karena semuanya tipuan yang akhirnya berusaha merontokkan pelayanan yang efektif.

      • Pdt.Yusak Hadisiswantoro: Ada tiga salib di Golgota yang menunjukkan tiga jenis manusia: Manusia yang mati dalam dosanya, yang mati ditebus dosanya, dan yang mati untuk menebus dosa orang lain. Kita hanya bisa mati tertebus, tapi hanya Yesus yang mati sambil menebus dosa orang lain.

      • P.Paul:  Yesus tak dapat melakukan mujizat justru di kampung halamanNya sendiri, Nazaret. Padahal di Genesaret banyak orang sakit disembuhkan dan ada sukacita besar terjadi. Pelayanan tak selalu disambut di kandang sendiri. Berkat hanya dapat dinikmati dimana ia disambut dan ada kerendahan hati untuk menerimanya. Bila GitGet tak dapat memberkati, itu semata karena tidak adanya penerimaan dan kebutuhan.

    3. Firman Tuhan:

    5.Mei : Pergumulan dan Peneguhan terlepasnya GitGet dari gereja:

Seminggu sepulang dari Semarang (30/4), GitGet melayani dalam kebaktian pagi. Tak ada yang menduga bahwa itu akan menjadi kebaktian terakhir baginya di gereja. Pujian ‘Rayakan Yesus’ yang meriah, kaya gerak dan kaya warna - karena seragam pelangi yang baru - telah membawa suasana ceria tersendiri di tengah jemaat. Namun hal itu pula yang menyebabkan batas toleransi para penentang GitGet habis.

Pada tanggal 3 Mei, terbitlah surat ketentuan dari MJ kepada Komisi Musik Gerejawi untuk mendisiplinir semua upaya yang menyimpang dari tata gereja: Sedikitnya ada beberapa butir yang intinya: meniadakan ajakan berdiri dan bersalaman sebelum firman, melarang mengawali atau, larut dalam tepuk tangan, melarang memakai pembicara dari luar kalangan gereja, melarang melayani ke luar tanpa ijin MJ dulu, melarang menyanyi dengan gerakan gerakan yang berlebihan, dan hal lain di masa datang yang belum diatur. Bila ketentuan ini dilanggar, diminta untuk kelompok tertentu itu tidak dijadual melayani.

Segera GitGet berkoordinasi untuk memikirkan dampak dan konsekwensi ketentuan ini. Semua pengurus merasa kesulitan mengikuti permintaan ini, karena beberapa pertimbangan:

• 1. Sudah sekian lama beberapa butir itu berlangsung di tengah GitGet. Jiwa GitGet yang terbuka - dimulai dalam iklim persekutuan mahasiswa. Mereka menerima masukan dari segala denominasi, dan sulit untuk membatasi materi rohani yang dibutuhkan dari pihak yang berkompeten membawakannya.

• 2. GitGet selalu melewatkan permintaan pelayanan dari ‘luar’ kepada MJ. Ada banyak contoh permintaan pelayanan yang sekalipun dimintakan ijinnya dari MJ amat terlambat ditanggapi, bahkan sesudah acara pelayanan itu berakhir. Ada juga kasus kasus tak adanya permohonan kepada MJ yang dibiarkan. Contohnya: Perayaan Natal BMGK, Kodya, TNI/POLRI samasekali tak mengajukan surat padahal ketentuan ini pasti diketahui karena kebetulan pimpinan di BMGK dengan di gereja adalah orang yang sama. Masih banyak contoh standar ganda yang diterapkan yang menyimpulkan bahwa surat disiplin tadi terbit dari kekuatiran berlebihan akan terjadinya penyimpangan jalur gereja.

GitGet memutuskan untuk mengendapkan semua perasaan dan berdoa juga puasa, untuk meminta kehendak Tuhan. Seseorang yang tak dikenal ikut dalam persekutuan hari Rabu dan menasihati pimpinan untuk berpuasa pada tiga hari berikut. Ternyata pada hari Sabtu (hari ke 3), GitGet kebetulan diminta melayani KKR di sebuah gereja karismatik. Pembawa Firman dari Singapore, Chrispus Jayaratnam, seperti diutus Tuhan secara khusus menyampaikan firman seakan memang dikemas untuk GitGet. Selepas acara, beliau menambah semangat GitGet dan menubuatkan bahwa kendati ditolak oleh satu gereja, GitGet akan memberkati banyak gereja. Penolakan itu berarti bahwa pelayanan kita efektif dan iblis selalu ingin mengusik pelayanan seperti itu. Hari Minggu, keesokan harinya, GitGet mengadakan rapat terakhir yang mengambil keputusan final: GitGet diminta Tuhan untuk berani ‘keluar dari Mesir’, dan ‘mengarungi gurun di bawah pimpinan ‘Tiang Awan dan Tiang Api.’ Dengan dukungan dari banyak pihak, intern atau extern, semua sepakat memanfaatkan pintu kesempatan yang sudah dibuka. Pada tgl.16 Mei, tepat 4 tahun setelah berdiri, GitGet memasukkan surat pengunduran diri secara resmi dari jajaran GKI Bromo.

Tak terpikir sedikitpun apa saja dampak dari keputusan kontroversial itu. Mungkin tak ada pekerja di gereja yang membayangkan sesuatu seperti itu dapat terjadi. GitGetpun tak terlalu sadar besarnya konsekwensi itu dan masih terus masuk dalam pergumulan pasca mandiri selama beberapa bulan.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Tuhan selalu menjawab doa doa anaknya yang membutuhkan bimbingan. Ia tak pernah terlalu cepat, atau terlambat. Peneguhan melalui berbagai pihak dqn melalui bergaia peristiwa membuat langkah kita yang ragu ragu menjadi mantap.
    2. Tuhan meminta ketaatan kepadaNya lebih tinggi dibandingkan dengan ketaatan secara manusiawi. Kendati pilihan kita kadang ‘tak populer’ secara budaya, bahkan secara agamawi, tapi mereka yang mau mengikut Tuhan harus siap meninggalkan keluarganya. Tuhan akan membalas ketaatan dan pengorbanan itu dengan berkat yang tak terbayangkan.

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:
    2. • P.Paul: Perintisan penolakan pelayanan GitGet sudah dimulai sejak berdirinya. Ada pihak pihak senior yang menanyakan ‘SK’ pendiriannya. Ada yang menolak aktifitas persiapan ibadah yang dirasakan mengkarismatikkan gereja.

      Penolakan terhadap pelayanan Yesus justru dilakukan oleh pihak lembaga rohani formal saat itu, para ahli Taurat dan orang Farisi. Pengutamaan adat dan hukum Taurat melebihi firman Tuhan telah membuat banyak gereja terbelenggu dalam kebekuan doktrin. Di seluruh Injil, para pemimpin agama lebih tertarik mencari kesalahan Yesus dibanding dengan ikut bersukacita atas mujizat kesembuhan yang dilakukanNya.

    3. Firman Tuhan: Jika engkau masuk ke suatu rumah dan rumah itu tak layak menerima salammu, salam itu akan kembali kepadamu.

6. Juni : Penerimaan Perdana Pelayanan GitGet oleh Gereja lain

Tanpa diduga, Kantata YKDL telah Tuhan siapkan untuk membuka jalan bagi GitGet dapat dikenal dan diterima di gereja lain yang rindu puji-pujian yang sungguh sungguh. Di luar rencana, ada sebuah gereja yang selama ini terus mendoakan GitGet selama Kantata YKDL, mengundang GitGet untuk melayani secara tetap di dalam kebaktian mereka. GitGet sempat terpikir untuk secara aktif memperkenalkan pelayanan mereka kepada gereja gereja. Tapi rencana Tuhan membawa GitGet segera diterima dan langsung melayani di GBI Diaspora hanya dua minggu setelah berdiri mandiri. Tak perlu lewat satu bulan tanpa jadual, Tuhan berkemurahan mengisi sukacita anak-anakNya.

Selain itu ada beberapa gereja lain (GBI ERC, GPdI) yang juga minta pelayanan GitGet. Semua itu amat menguatkan dan menghibur GitGet, yang baru saja ‘lelah dan sedih’ dalam men’tega’ kan kepergiannya dari kaum keluarga tradisionalnya. Ternyata ada begitu banyak kaum keluarga rohani‘baru’ yang siap memuji Tuhan bersama-sama.

Tanpa direncana, untuk tempat persekutuan dan latihan GitGet yang baru, pembangunan ruang doa di atas garasi Jl.KHA Dakhlan 33 dapat selesai pada saat dibutuhkan. nampaknya Tuhan sudah siapkan sebelumnya Kendala transportasi anggota yang rata rata lebih jauh harus diakui, tapi akhirnya terbiasa juga. Kebebasan dalam memuji Tuhan dan bersekutu adalah pengalaman baru yang luar biasa. Mungkin awalnya ada sedikit ‘kesepian’, tapi keceriaan anggota menghapuskan sentimentalitas yang ada.

Selain itu ada keraguan dan kebingungan di kalangan anggota tentang perubahan drastis dari aktifitas ‘ibadah’ dan ‘kegerejaan’ mereka. Tiba-tiba mereka merasa ikut memikul tanggung jawab untuk ‘terpisah dari sanak keluarganya. Tapi ternyata ketaatan mereka pada ‘Tiang Awan’ itu telah membawa berkat berkat yang luar biasa dalam pertumbuhan iman masing-masing. Sayangnya, tak semua dapat menikmati hal yang sama. Ada beberapa rekan yang tak mampu masuk dalam ‘kafilah’ bersama-sama. Namun semua itu tak lepas dari rencana Tuhan dalam hidup kita semua. A. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Bangsa Israel dipelihara selama 40 tahun hanya dengan Manna dari surga. GitGet ternyata selama ini terus hidup dalam berkat dan sukacita tanpa ‘perlindungan’ formal suatu gereja. Bahkan ada kerinduan dan kehausan yang besar pada anggota untuk makin mengerti firman Tuhan. Bukan hanya agar kuat bertahan secara mental spiritual, tapi juga untuk mngerti hal hal baru, seperti karunia karunia roh yang disaksikan dalam lingkungan karismatik yang dilayani.
    2. Lingkungan agamawi yang lama menutupi mata rohani kita dengan selubung selubung yang harus dibuka secara bertahap. Ini membutuhkan waktu dan harus terjadi dalam pimpinan Roh. Hanya kemerdekaan dalam Kristus yang sungguh sejati. GitGet bersyukur pada beberapa anggotanya proses ini berlangsung cepat, tapi ada juga yang masih butuh waktu untuk melihatnya.

B. Pelajaran dari Pelayan Firman:

    1. P.Sudidharma, GBI Diaspora: Dalam setiap sikon, kita harus bersyukur untuk mendapat karunia Allah. Tak ada yang memberi hak untuk anak Tuhan bersungut-sungut. Semua yang dialami ini pasti mempunyai tujuan kebaikan bagi anak Tuhan. Kesaksian pertobatannya menunjukkan perubahan yang dapat terjadi pada seorang yang jauh dari kebenaran menjadi ‘dilayakkan’ melayani Firman.

    1. Firman Tuhan:

7. Juli: ‘Pengarungan Gurun’, Suka dukanya dan ‘Manna Surgawi’

awal: Pengalaman pengarungan gurun ternyata bukan saja kepindahan secara fisik, baik dari lokasi latihan dan pelayanan. Keluarnya GitGet secara fisik dan formal dari gereja ‘asal’ tak berarti apa apa dibandingkan keluarnya GitGet dari alam lahiriah dan kedagingan yang masih ada dalam diri masing-masing. Sepertinya,  Tuhan memang sengaja mengupas habis selubung selubung agamawi yang ada dalam diri masing masing anggota. Yang tidak jelas dan mantap motif pelayanannya pasti akan tergoda untuk meninggalkan kelompok.  Baik secara terbuka atau diam-diam. Ujian kesetiaan mulai nampak, karena ada situasi yang tak mampu dipikul oleh mereka yang jarang ikut dalam pergumulan rohani melalui persekutuan dan pengalaman pelayanan. Batalnya pelayanan di salah satu KKR pada KTN YPPII merupakan suatu pelajaran berharga. Bukan saja dalam menilai seberapa bobot asli suatu lembaga teologia, tapi juga dalam mengoreksi kesetiaan anggota untuk melayankan pujian di suatu forum tertentu.

Beberapa saat sebelum KKR ini, ada 2 pelayanan yang berbeda forumnya. Forum besar I adalah di forum nasional, dimana yang hadir 42 anggota. Forum II, beberapa hari setelahnya, adalah di kebaktian GBI Diaspora dimana yang hadir hanya 28. Pembedaan ini membutuhkan introspeksi diri dari mereka yang tidak benar motivasinya.

Kemampuan adaptasi dari anggota anggota adalah sesuatu yang amat berharga, karena dalam kesibukan menyesuaikan diri, rekan rekan pemuji GitGet dipercaya menjadi singers dalam kebaktian karismatik. Hal ini berbeda dari bayangan ‘pembatasan’ oleh gereja karismatik terhadap kalangan protestan. GitGet mulai melihat keindahan keindahan rohani yang selama ini tersembunyi dalam keterkucilan mereka dan eksklusivitas gereja. Kebingungan anggota - tampak atau tidak - tetap terjadi. Tapi derajatnya dengan cepat makin berkurang, seiring bertumbuhnya pengertian rohani yang benar.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. GitGet belajar mengutamakan dan mengundang adanya hadirat dan urapan Roh dalam suatu ibadah. Bukan saja dalam kebebasan pujian tapi juga dalam ketulusan dan kesungguhan memuji Tuhan. Kita belajar bahwa dalam urapan seperti itu, firman Tuhan berbicara dengan langsung ke dalam Roh kita. Mungkin selama ini ada kejenuhan, karena khotbah acapkali lebih berupa gagasan dan hikmat manusia yang didukung ayat Alkitab.

2. GitGet terus dipacu untuk meningkatkan kerohanian mereka dengan bersaat teduh secara pribadi dan menjaga kekudusan hidup. Firman Tuhan yang GitGet terima di kalangan yang baru amat berbeda dan lebih hidup, bergairah dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Perbedaan pola pujian dan penyembahan sempat mengganggu perasaan, karena kebiasaan lama di gereja asal. Tapi karena firman itu mengairi dan menumbuhkan benih benih rohani yang sudah lama ada, maka kesenjangan itu makin tak berarti lagi.

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:

    1. P. Paul: Kekalahan Israel di kota Ai, adalah akibat penyepelean tantangan, setelah kemenangan mereka atas Yerikho. GitGet harus berwaspada karena sudah sering ‘menaklukkan’ forum forum besar, tapi mungkin menyepelekan forum ‘kecil’. Dalam pelayanan ukuran besar kecilnya suatu forum tak boleh dinilai secara fisik. Kerendahan hati setiap anggota harus menjadi standar pelayanan.
    2. P.Sudidharma: Waspadalah agar jangan sampai orang yang menerima keselamatan lebih dahulu dari Tuhan nantinya ketinggalan. Orang percaya tak boleh gegabah karena bisa lepas dari kasih karunia.

    1. Firman Tuhan:

8. Agustus : Penanganan Pelayanan Pelepasan Palsu

GitGet baru saja menikmati nafas lega dari banyaknya pelayanan sementara dalam keadaan masih berkonsolidasi,  ketika tiba tiba ada masalah baru muncul. Tanpa terasa ada pencobaan dari iblis untuk mengganggu pelayanan melalui ‘hamba Tuhan berkarunia’ yang mengadakan ‘pelepasan’ terhadap beberapa anggota. Pimpinan GitGet ikut mengalami penipuan melalui telpon, yang berlatar belakang karunia penglihatan oleh seorang yang mengaku bernama Anaci Nope, dari SoE.

Peristiwa ini kebetulan sekali berjalan bersamaan dengan terjadinya pelayanan pelepasan lainnya terhadap beberapa anggota yang tak diketahui secara meluas karena ‘terselubung’. Beruntung peringatan Tuhan segera datang menyusul dan dengan cara ajaib, kiriman Firman Tuhan secara bertubi-tubi mendesak penanganan frontal terhadap pelayanan ‘pelepasan’ yang penuh misteri itu. Akhirnya, GitGet belajar suatu hal baru lagi, bahwa karunia Roh Kudus dan pola kerjanya harus dikenal benar benar. Pola kerja Roh Kudus amat berlainan dengan pola roh manusia/ asing. Beruntung hal ini dapat dideteksi sebelum meluas. Selain itu, kita mengadakan diskusi kelompok untuk mengetahui sejauh mana anggota GitGet menikmati pelayanan dan pertumbuhan rohani selama tiga bulan selepas mandiri. Ternyata hasilnya amat membesarkan hati. Semua anggota lebih menikmati status, situasi dan iklim rohani saat ini, sekalipun siakui pula bahwa pada masa masa awal, memang ad kesulitan untuk beradaptasi. Juga menerima firman dari hamba hamba Tuhan yang berbobot dan tidak cair. Dari hal itu terasa sekali bahwa kebutuhan rohani GitGet makin besar, dan harus mendapat makanan yang sepadan.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Nabi atau pengajar palsu selalu ada di sekitar kita, dan tidak dapat ditoleransi, karena sudah menyimpang dari kebenaran Injil dan pengajaran Firman Tuhan melalui surat rasul-rasul. Karena itu kita harus waspada, karena penyamaran yang sempurna dan cara cara yang nampaknya benar.
    2. Sekali seseorang masuk dalam pelayanan, apalagi pengurapan yang palsu, akan sulit sekali bagi dirinya untuk melihat kebenaran. Semua argumentasi berdasar firman Tuhan tidak akan diterima, bahkan akan dicurigai, karena mata rohaninya telah dibutakan untuk mengerti bahkan hal yang paling sederhanapun.
    3. Untuk membedakan dan menguji setiap roh, kita perlu mengenal sungguh sungguh isi firman Tuhan, sehingga tidak mudah goyah. Semua pelayanan harus diukur dari buah buahnya. Tak ada pelayanan sejati yang tujuannya membawa keluar seseorang dari panggilan pelayanan dan dari persekutuan sesama anak Tuhan. Pelayanan yang benar pasti membawa kelepasan sejati, dan itu akan membawa damai sejahtera, kesatuan, sukacita dan gairah melayani yang lebih besar.
    4. Kesetiaan pada pelayanan akan membawa hasil yang membuat seseorang terpenuhi kebutuhan rohaninya. Pertumbuhan kadangkala melewati kesulitan adaptasi, namun pada akhirnya manna surgawi akan menumbuhkembangkan mereka yang setia mencarinya.

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:

1. P. Adrian: Pelayanan yang benar adalah ketika orang dibawa makin dekat dan berorientasi kepada Tuhan Yesus. Bila orientasi itu berpindah atau membawa ketergantungan kepada seorang hamba Tuhan, maka dapat dipastikan hal itu salah. 2. P. Yohanes: Ketegasan membuka kedok dari pelayanan palsu itu perlu sekali dikerjakan. Bagaimana menyelamatkan suatu kelompok bila sumber masalah tidak diungkapkan? 3. Paul: ‘Penjaga Israel’ harus bertanggung jawab atas keselamatan bangsanya bila ia menyaksikan adanya ancaman (pedang) yang menuju ke bangsanya. Bila semua bukti menuju suatu peneguhan sudah ada, maka kita tak perlu takut, karena itu merupakan tanggung jawab.

9. September: Pemantapan Pelayanan Interdenominasi

Sekalipun GitGet masih berkonsolidasi, permintaan pelayanan terus bertubi-tubi, menggenapi nubuatan Chrispus pada bulan Mei itu. Untuk sebagian anggota hal ini dirasakan terlalu berat, atau juga karena liturgi karismatik yang dirasanya ‘tak cocok dengan selera.’ Beberapa harus ‘istirahat’ sehingga perlu diusahakan penggantinya. Bersyukur Tuhan mengirimkan enam calon baru yang cukup berdedikasi, dan dapat beradaptasi.

Kehadiran GitGet menjadi teman bagi pelaksana pelaksana event, karena selain sebagai Paduan Suara, mereka juga mendukung sebagai Penerima Tamu, Pemuji, bahkan sebagai Supir, Bellboy dll!  Itupun hanya dengan kontak secara darurat, dan tanpa birokrasi macam macam. GitGet makin masuk dalam pelayanan tanpa reserve dari siapa saja yang membutuhkan pertolongan mereka.

Pada bulan ini kita diterpa isu isu miring seputar GitGet dan pemimpinnya. Ada yang menyebut GitGet terkena pengaruh kuat seorang pemimpin sekte, dsb. Ada calon anggota yang dicegah kawannya untuk masuk ‘aliran sesat’, karena kuatir ‘terjebak di dalam dan sulit keluar’. Akhirnya GitGet perlu menanggapi, dan yang dilakukan adalah mendefinisikan makna KESEHATIAN di antara anggota.

Disadari bahwa kesehatian di GitGet belum bulat benar benar, karena ada perbedaan persepsi tentang banyak hal. Hal ini wajar mengingat tingkat kerohanian masing masing anggota yang bervariasi. Namun disepakati, bahwa adanya isu isu miring di’luar’ adalah akibat informasi dari intern GitGet sendiri, oleh mereka yang prinsipnya tak mendukung pola perjalanan kafilah GitGet. Karena itu dibulatkan tekad, bahwa kesehatian perlu dipulihkan. Perbedaan yang wajar adalah untuk di dalam keluarga, namun sikap ke ‘luar’ harus tetap sama dan satu. Adanya kesatuan adalah ciri persekutuan anak Tuhan.

Hal ketiga, adalah pernikahan salah satu pasangan anggota GitGet yang berjalan dalam sukacita dan kebahagiaan yang besar. Untuk pertama kali pimpinan GitGet juga dipercaya menjadi bapa rohani yang membimbing mempelai ke pelaminan. Hal itu juga memperkuat rasa saling mengasihi antara anggota.

      .

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Semua pelayan atau hamba Tuhan harus siap siaga setiap saat. Ketersediaan dan kebersediaan jauh lebih oenting daripada kemampuan. (Availability Is More Important Than Ability) Semua kesempatan pelayanan harus dipandang sebagai berkat, bukan beban. Mungkin sedikit saja yang didapat, tapi yang sedikit itupun takkan diterima bila kita tak ikut.
    2. Dengan makin seringnya GitGet melayani berbagai kalangan, mulai nampak pula Roh Agamawi pada masing masing kelompok itu yang tadinya belum nampak. GitGet bersyukur bila boleh dibebaskan perlahan lahan dari cengkeraman roh agamawi ini.
    3. Kesehatian perlu dibayar dengan penyangkalan diri, dan ketaatan kepada pimpinan Pengurus. Kepercayaan kepada yang dipercaya memimpin merupakan kunci keberhasilan GitGet menghadapi sikon apa saja. Suara suara miring tak akan berpengaruh apa apa, bila ada kesehatian di antara GitGet.

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:

    1. Pdt.Ronny D.Simeon: Roh Agamawi itu membawa kepada kebinasaan. Banyak orang percaya menjadi jemaat bertahun-tahun tanpa perubahan dalam lkehidupan, kesaksian apalagi dalam pelayanannya. Tak ada kuasa dan kemenangan dalam pergumulan dan masalah. Tak ada mujizat, karena yang memerintah adalah roh agamawi. Kita lebih mirip Simon, orang Farisi yang mengundang Yesus, tapi tidak tulus dan menghormatiNya.

Bandingkan dengan wanita berdosa yang mengorbankan sebotol minyak wangi untuk mengurapi kaki dan kepala Yesus. Ibadah yang sungguh adalah ibadah yang tak menghiraukan opini umum bahkan cemooh yang didapat. (dari Simon yang meragukan kenabian Yesus) Ibadah yang sungguh adalah ibadah dalam pertobatan, dan ungkapan kasih (semerbak bau minyak) yang dapat terasa oleh seluruh rumah/lingkungan kita. 2. Pdt.Sigit Purbandoro: Memuji Tuhan dalam bentuk yang berbeda itu tak perlu dimasalahkan. Isi Mazmur kuno gereja tradisional sama dengan pujian kalangan karismatik. Namun banyak yang memasalahkan, karena dianggap ‘lain’ irama, melodi, bahkan ekspresinya. Yang penting adalah apakah hati kita tulus menghadapiNya.

3. Pdt. Gideon Sugiarto: Andreas adalah tokoh yang layak diteladani. Ia tidak menonjol, dan tidak mencari penghargaan sekalipun ia sebenarnya adalah salah satu murid Yesus yang pertama. Tapi pelayanannya sangat penting dan berarti. Ada banyak anak Tuhan ingin nampak, padahal tidak berpotensi untuk itu. Andreas tidak menuntut haknya tapi melayani dalam kerendahan hati.

B. Firman Tuhan:

    10. Oktober: Rekreasi Anggota dan Pelepasan Roh Jahat karena Inisiatif Sendiri:

Dengan adanya jadual jadual pelayanan Natal di depan, GitGet disibukkan dengan latihan latihan extra. Namun semua terjadi dalam sukacita dan suasana saling mengasihi. Bahkan rekreasi yang di’paksa’kan harus terjadi - karena kelelahan melayani - membuktikan bahwa sukacita GitGet tidak terpengaruh oleh buruknya cuaca, atau kondisi lokasi. Selama tiga jam GitGet bermain sepuas-puasnya di pantai Selatan, sekalipun mendung berat, bahkan sesekali gerimis dan hujan. Sebanyak 56 peserta ikut, baik mereka yang aktif maupun yang inaktif. Larut dalam sepakbola dan voli penuh gelaktawa.

Sekali lagi Tuhan memberi ujian untuk memberi kesempatan GitGet ‘mempraktekkan’ ajaran bahwa kuasa Roh Kudus itu tinggal bersama kita. Dengan bertumbuhnya salah seorang anggota senior, ia sadar bahwa dirinya masih mengidap suatu roh jahat, karena pengaruh batrang bawaan orang tuanya. Ia meminta dirinya dilepaskan dari kuasa jahat yang mengganggunya dengan penglihatan penglihatan buruk. Bersyukur bahwa beberapa anggota GitGet sempat mengalami dan menyaksikan sendiri kuasa Tuhan yang besar saat pengusiran roh jahat itu terjadi. Bahkan pendudukan kembali seseorangpun kita saksikan, karena yang baru saja dilepaskan merasa ’kehilangan kuasa dan kemampuan supranaturalnya’. Hal ini sama dengan mengundang kembalinya roh jahat secara lebih ganas. Dengan demikian kita semua belajar makin jelas lagi, bahwa proses pelepasan seseorang amat ditentukan dari inisiatif, keberanian dan kerinduan orang itu sendiri. Bukan tergantung kepada seorang hamba Tuhan dengan karunia tertentu. Disaksikan pula bahwa perbedaan roh yang ada di dalam diri seseorang, membuat ia dapat merasa berat, tertolak dan canggung sekali untuk berada di dalam persekutuan yang dihadiri Roh Kudus.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Pengusiran roh jahat dapat dilakukan sendiri oleh semua anak Tuhan. Yang dilakukan oleh pelayan Tuhan di sekitarnya adalah memberi dukungan, dorongan, peneguhan dan pendampingan sehingga ia merasa berani dan kuat untuk mengusir roh jahat itu. Proses pelepasan itu sendiri berjalan mengalir di tengah konsultasi, tanpa suatu proses atau tahapan. Pola kelepasan sebenarnya adalah ketika ada perubahan dari seseorang yang melewati ‘trance’ atau tahap kurang sadar akan dirinya sendiri, sampai ketika roh itu lepas, ia seperti pingsan karena kelelahan. Setelah siuman, nampak perasaan damai dan sukacita yang tak terkatakan.
    2. Pengusiran roh yang tak diikuti dengan pengisian roh orang tersebut dengan firman Tuhan yang memberi kekuatan, memiliki resiko berbaliknya roh jahat dalam jumlah dan gradasi yang lebih besar dan jahat. Namun asal ada kesungguhan dan kesediaan untuk melepaskan semuanya, maka kelepasan kembali tetap dapat terjadi.

    1. Pelajaran dari Pelayan Firman:
    2. Firman Tuhan:

    11. Nopember: Pernikahan GitGet Dalam Dua Denominasi:

Seiring kedewasaan pengertian anggota, maka keputusan tentang kehidupan keanggotaan jemaat gerejanya juga makin dinilai kembali. Ada beberapa yang sudah berpindah ke gereja yang dirasakannya membangun imannya. pernikahan dalam liturgi dan gereja yang berbeda dengan gereja induk menjadi suatu kenyataan. Bukan saja keanggotaan, tapi juga liturgi pernikahan anggota mulai berani berbeda dari keanggotaan asal atau denominasi orangtuanya.

Hal ini sempat menimbulkan berbagai kontroversi dan konflik, terutama kepada pihak keluarga. Namun kita bersyukur bahwa pada akhirnya sukacita dan berkat Tuhan dinikmati oleh semua yang hadir. Daalam kedua pernikahan pada Retha & Richard, dan Bertha & Roy, mujizat dinikmati ketika hujan seakan di’tahan’, agar semua GitGet bisa menikmati secara optimal. Untuk kedua kalinya pimpinan keluarga besar GitGet merangkap menjadi wali dan bapa rohani dari mempelai. Juga dukungan dan kehadiran banyak anggota GitGet dalam kedua resepsi makin memberi kesaksian kesehatian dan kesatuan anggota. Semua anugerah itu dipercaya adalah akibat doa yang terus konsisten dinaikkan GitGet untuk mereka. Sempat terjadi rasa kehilangan yang besar, ketika menyaksikan beberapa rekan pelayan yang berguguran dari kelompok. Namun ‘kehilangan’ itu tetap didoakan agar hanya sementara saja. Tuhan sedang menguji kesabaran dan ketekunan semua anggota untuk tetap setia berdoa.

    1. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:
    1. Semua konflik yang terberat sekalipun dapat diselesaikan dalam suasana kasih dan sukacita bila itu diserahkan kepada Tuhan. Pengandalan GitGet kepada kuasa doa makin dirasakan, karena melihat bahwa di tengah begitu banyak krisis, tangan Tuhan selalu menolong mengentaskan pada waktunya.

    2. Menjadi bagian dari suatu keluarga besar yang saling mengasihi dan saling berkorban adalah suatu hak istimewa, bahkan kebahagiaan yang luar biasa. Pengorbanan itu sungguh menuntut semua pihak untuk menyangkali kepentingan dirinya sendiri, demi memberi kebahagiaan maksimal kepada yang dikasihinya.

    3. Keterlibatan seseorang dalam suatu pelayanan adalah pilihan dan tanggung jawab orang itu sendiri. Kita memiliki batas tertentu untuk menghimbau seseorang untuk kembali dalam pilihannya melayani bersama GitGet. Namun, Tuhan juga amat menghargai kebebasan seseorang untuk menentukan pilihannya. Karena itu dalam keprihatinan kita harus rela melihat rekan rekan yang tidak dapat ikut menikmati ‘kue sukacita’ GitGet yang Tuhan terus tambahkan.

    B. Pelajaran dari Pelayan Firman:

    C. Firman Tuhan:


    12. Desember: Pelayanan Kantata dan Pelayanan Natal

    Menjelang akhir tahun ini diingat kembali semua perkara besar yang Tuhan tengah kerjakan di dalam dan melalui tubuh GitGet. Ada kesempatan untuk terus melayani dalam sukacita dan penerimaan keluarga ‘baru’ kita. Selama tujuh bulan ini kita mampu melayani rutin perjamuan kudus bulanan di GBI Diaspora yang selalu membawa berkat. Selain itu dirasakan pula bahwa semua perjalanan ‘kafilah’ itu memang amat dinamis. Penuh dengan berbagai ancaman, bahaya, namun juga surprise atas mujizat bukti kasih pemeliharaan Tuhan.

    Pertumbuhan dan koreksi diri tetap menjadi bagian yang penting untuk semua keluarga GitGet. Untuk pertama kali pula GitGet sepakat untuk meliburkan diri secara bersama, agar ada kesempatan berkumpul dengan keluarga. Terpaksa harus melepaskan pelayanan yang penting karena berscope kodya, di awal tahun. Namun diyakini bahwa semua ini pasti membawa hikmah tersendiri bagi semua anggota. Suatu pameo kita berucap: ‘Di GitGet harus siap kaget.’ Episode penutup tahun ini cukup mencengangkan: Tiba-tiba GitGet dan VG.Gracia dipublikasikan oleh Panitia Natal akan melayani Kebaktian Tahun Baru GKI Bromo tgl.1 Jan 2001.

    Yang memberitahu GitGet justru jemaat yang menelpon dengan surprise akan perkembangan ‘baru’ ini. Kita sempat terheran bagaimana tanpa permintaan, bahkan penyampaian maksud sedikitpun, panitia dapat melakukan ini. Padahal dulu GitGet ditegur dan dilarang melayani ke ‘luar’ tanpa surat ijin MJ dulu. Sekarang keadaan berbalik: Panitia Natal GKI mempublisir GitGet - yang telah di’luar’- tanpa merasa perlu meminta MJ untuk meminta ‘pihak luar’ lebih dulu. Koreksi pada publikasi panitia Natal minggu depannya dengan menghilangkan nama GitGet, masih belum tuntas juga, VG. Gracia masih diberitakan tetap melayani. Jemaat sangat pasti menganggap bahwa tidak mungkin GitGet atau Gracia tidak dihubungi dulu. Pasti jemaat lebih percaya pada anggapan bahwa GitGet yang paling mungkin membatalkan pelayanan itu. Maka sekali lagi GitGet atau Gracia masih harus menanggung beban moral salah interpretasi.

    Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada pelaku publikasi, dikatakan bahwa itu bukan masalah, karena ‘hanyalah publikasi’ yang dapat sewaktu-waktu diralat. Nampaknya, kendati sudah lepas dari gereja, seperti akhir tahun lalu juga, GitGet harus memikul kritik sebagai cenderamata Natal akhir tahun.

    A. Pelajaran Yang Dipetik Dari Peristiwa itu:

    1. Setelah meninjau kembali perjalanan GitGet selama setahun ini hanya ada rasa syukur yang luar biasa, bahwa Tuhan sangat baik dan berkemurahan memimpin pengarungan gurun untuk kita. Tanpa bimbinganNya pastilah kemungkinan GitGet salah jalan akan besar sekali.

    2. Adanya peristiwa yang di luar dugaan memang masih mungkin saja terjadi. Yang dibutuhkan adalah hikmat untuk mengerti mengapa sesuatu itu terjadi. Selain itu dibutuhkan kasih, panjang sabar dan kemampuan untuk terus berkonsentrasi pada apa yang dibutuhkan saat ini: Konsentrasi dalam pelayanan Natal. Dari pengalaman selalu kita temui, cara cara kita dapat teperdaya oleh hal hal yang mengusik damai sejahtera.

    3. Perjalanan komunikasi dengan GKI dalam bentuk publikasi dengan pola di atas mustahil dimengerti dengan nalar paling sederhana. Tak adanya interaksi antara GKI dan GitGet adalah masalah rohani, namun dikondisikan oleh pihak pihak lain seakan suatu kondisi keterpisahan sosial. Hal ini mengajarkan, bahwa hubungan keduanya tak dapat dijembatani secara pendekatan sosial., karena secara sosial GitGet tak ada masalah dengan lembaga tersebut. GitGet bersyukur Tuhan telah mengajarkan untuk menguji dan membedakan makin tajam, bahwa Perbedaan Roh harus diterima sebagai suatu realita. Bila hubungan sesama jemaat gereja hanya berdasar hubungan sosial, maka keterpisahan loyalitas pasti akan memisahkan juga secara sosial. Tuhan memang punya rencana yang makin jelas untuk memantapkan ketegasan GitGet menghadapi masalah ini.

    B. Pelajaran dari Pelayan Firman:

    1.  P. Stefanus Life: Pada mulanya adalah Firman, (Yoh.1:1) bukan hanya berarti bahwa awal semuanya adalah Tuhan. Tetapi pada awal setiap hari, kita semua harus mulai dengan Firman. Bila kita mulai dengan Firman yang bersama-sama dengan Allah, bahkan adalah Allah sendiri, maka hidup sepanjang hari itu akan diwarnai, dan ditentukan oleh Firman itu.

    2.  P.Paul: Penarikan bangsa Israel dari tanah Mesir adalah sesuatu yang tegas. (Yes.52:1-12) Tuhan tak berurusan lagi dengan Mesir, sehingga anak anaknya harus mentahirkan diri dari semua yang najis. Bangsa Israel harus keluar dari tempat perhambaan itu, karena Tuhan sendiri akan menjadi pembuka jalan, sekaligus, penutup barisan belakang dari kafilah itu. Pada penutup tahun ini, Tuhan ingin mengakhiri semua benang benang hubungan sosial tertipispun sebelum menjejaki tahun yang baru.